Kolom

Menghimpun Suluh Yang Padam

man wearing black jacket and brown backpack

โ˜•ย ๐ต๐‘’๐‘ฆ ๐ด๐‘๐‘‘๐‘ข๐‘™๐‘™๐‘Žโ„Ž

29 Mei 1453 satu momentum tercipta, Konstantinopel menjadi Istanbul. Dari keyakinan yang kuat ditengah-tengah keraguan, dari keengganan orang-orang sekitar, sekiranya dahulu Mehmed bin Murad cepat berputus asa dan larut dengan kebimbangan yang disebarkan oleh orang-orang disekelilingnya yang larut dengan dunia, maka tidak akan ada gelar Al-Fatih dalam namanya. Kuatnya keyakinannya dipandu oleh luasnya wawasan dan pengetahuan yang ditempanya, telah menjadikannya sosoknya yang disebut dalam hadits “sebaik-baiknya pemimpin dan pasukan yang berada dibawahnya adalah sebaik-baik pasukan”.

“Ikhtiar-iktiar terus menerus adalah upaya untuk memperkecil potensi kemungkinan…”

(Bey Abdullah)

Di dunia yang sering kali terasa berat dan penuh tantangan, mudah untuk merasa lelah dan kehilangan arah. Namun, adalah penting untuk diingat bahwa setiap manusia, tidak peduli seberapa susah keadaannya, perlu untuk berkontribusi dalam menjaga semangat melakukan kebaikan. Hanya dengan menjaga semangat ini, kita dapat memastikan bahwa dunia terus memaknai arti dari kebaikan dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi.

Setiap harinya, kita dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan kebaikan atau berpaling dari kesempatan yang diberikan oleh Allah. Dalam momen-momen yang kecil sekalipun, keputusan kita menentukan siapa kita dan apa nilai apa yang kita pegang. Keputusan untuk membantu orang lain, untuk berbicara dengan kelembutan, untuk melakukan dengan cara yang baik, untuk tidak mengambil hak orang lain, untuk membagikan apa yang kita miliki, semuanya adalah ekspresi dari nilai-nilai kebaikan yang kita yakini.

Dalam masyarakat yang semakin individualistik, mengingatkan diri kita tentang pentingnya kebersamaan dan kepedulian, kebersamaan dan kepedulian dalam melakukan kebaikan bukan justru sebaliknya bersepakat dalam kejahatan. Namun, perlu dicatat, ketika kita memilih untuk berkontribusi pada kebaikan, kita menyalakan kembali suluh yang padam di hati orang lain dan juga diri kita sendiri. Kita mengingatkan satu sama lain bahwa kebaikan masih ada dan penting untuk terus diperjuangkan.

Melakukan kebaikan adalah satu hal, dan membina, membangun, dan memupuk bibit-bibit pelaku kebaikan adalah hal yang lainnya. Menghimpun suluh yang padam artinya menjaga setiap bibit-bibit kebaikan dan memupuk bibit-bibit tersebut supaya ketika mekar dia akan bermanfaat untuk keadaan yang lebih luas. Adakah Mehmed Al-Fatih tanpa air tangan ayahnya Sultan Murad, Ibunya Huma Hatun, guru-gurunya dan orang-orang disekelilingnya yang yakin padanya.

Pentingnya menjaga bibit-bibit pelaku kebaikan ini menjadi semakin jelas di saat-saat sulit, ibarat menghimpun suluh yang hampir padam. Ketika dunia dihadapkan pada krisis, bencana alam, atau ketidakadilan sosial, respon kita terhadap kejadian tersebut menunjukkan kekuatan sebenarnya dari kemanusiaan kita. Kita dipanggil untuk bersatu, berbagi beban, dan membantu memulihkan apa yang hilang. Krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza, bukan perang ataupun konflik, telah berkembang menjadi ladang pembantaian yang kesemua orang bingung bagaimana untuk bergerak. Disinilah bibit-bibit ini dibangun untuk menyelesaikan persoalan zamannya dengan cara zamannya.

“Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian.”

Memperjuangkan kebaikan sering kali membutuhkan keberanian dan pengorbanan. Ada kalanya kesah dan jerih payah harta menjadi sia-sia bahkan menjadi olok-olok. Ada kalanya berbuat baik berarti mengambil posisi yang tidak populer, berbicara melawan ketidakadilan, atau memberikan lebih dari yang kita pikir kita mampu. Namun, ini adalah saat-saat ketika kebaikan menjadi paling berarti. Disinilah lelah menjadi lilah, berhujung pahala bagi orang-orang yang sabar.

Keindahan dari berbuat baik adalah bahwa itu perbuatan baik itu menciptakan gelombang bawah sadar kebaikan. Satu tindakan kebaikan dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Seperti batu yang dilemparkan ke dalam kolam, efek dari satu tindakan dapat berdampak jauh lebih luas daripada yang bisa kita bayangkan. Disinilah kita paham arti bagaimana kebaikan yang berkah dapat menjadi shadaqah jariyah yang pahalanya berterusan.

Dalam menjaga semangat berbuat baik, kita juga harus berhati-hati untuk tidak terjebak dalam momentum negatif. Mudah untuk merasa kecewa atau sinis ketika kita melihat kebaikan yang kita lakukan tidak langsung mendapat respons positif. Namun, kebaikan bukanlah tentang hasil yang instan; kebaikan adalah tentang menanam benih yang akan bertumbuh seiring waktu.

Menghimpun suluh yang padam juga berarti terus bergerak bersama-sama dalam melakukan kebaikan, walaupun berbeda tempat dan waktu, tetapi tetap menjaga kebaikan yang tercerai berai akan ada waktunya untuk bergerak memberikan arti, selama dilakukan dengan cara yang baik dan juga dilakukan dengan penuh kesabaran.

Karena tindakan kebaikan yang dilakukan dengan cara yang salah, dengan tidak memberikan hak orang lain, dengan berjanji kemudian mengingkari, dengan berkata-kata dusta, dan jika dia memegang amanah dia khianati amanah tersebut. Hal ini tidak lain telah menjadikannya bersifat munafik bahkan cenderung zalim, yang artinya sangat jauh dari upaya melakukan kebaikan, bahkan menjadi pelaku kebaikan.

“Siapa saja menipu (berbuat curang) maka dia bukan dari golonganku.”

(HR Muslim)

Menghimpun suluh yang padam adalah perjalanan yang tidak akan pernah berakhir. Menghimpun suluh yang padam adalah tentang harapan. Harapan bahwa dengan terus berbuat baik, kita dapat mengatasi apapun yang datang menghadang. Harapan bahwa bersama, kita bisa membuat dunia yang lebih baik.

Peran utama seorang ayah dan ibu dalam mendidik anak-anaknya dengan nilai kebaikan adalah kunci dari upaya menghimpun suluh yang padam. Anak yang beradab akan mudah dididik oleh guru-guru yang terdidik, dan anak yang yang terdidik akan mudah dikordinasikan oleh para pejuang-pejuang kebaikan. Dan hanya kebaikan yang bersandar pada risalah ilahi yang akan membuat kegemilangan itu sekali lagi akan terwujud.

Menghimpun suluh yang padam bukanlah tugas yang mudah, tetapi adalah tugas yang paling berharga. Berapa banyak mereka yang tidak terkenang nama dalam perjuangan ini, berapa banyak mereka yang wafat tidak terkubur. Sekiranya pamrih dan nama menjadi tujuan, artinya kita telah tertipu oleh yang mereka yang berjuang yang menggunakannya untuk mengumpan dunia.

Perjuangan ini adalah panggilan untuk semua orang, tanpa kecuali, untuk berkontribusi dalam upaya menjaga dan menyalakan kembali semangat kebaikan di dunia ini. Karena hanya dengan cara itulah kita benar-benar dapat memaknai arti dari memperjuangkan kebaikan. Semoga kita menjadi bagian dari mereka yang berjuang dalam kebaikan.

Artikel asli: https://darulfunun.id/learn/ibrah/20240319-menghimpun-suluh-yang-padam

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button